Langsung ke konten utama

Kuat, Kompak, dan Berani

Hey semua selamat pagi, siang, sore, ataupun malam tergantung kamu yang sedang baca blog ini. Jadi beberapa hari yang lalu, banyak sekali kejadian atau pengalaman baru yang aku alami. Seperti biasa juga tugas dari blog ini adalah membagikan cerita - cerita baru dan unik itu ke kalian. Oleh karena itu, langsung saja kita mulai ceritanya.

Pagi itu tanggal 16 Oktober 2019. Suatu acara besar yang diadakan sekolah dimulai. Suatu acara ataupun kegiatan yang memiliki tujuan untuk melatih kepemimpinan seorang siswa. Tidak lain dan tidak bukan LDK namanya atau Latihan Dasar Kepemimpinan. Hal yang tidak asing dan baru lagi bagiku namun didalamnya banyak menyimpan hal - hal baru yang sebelumnya tak pernah aku dapatkan. Lanjut lagi keceritanya, pagi itu aku dan teman - teman dikumpulkan di lapangan sekolah untuk diberikan arahan apa saja peraturan dan apa saja kegiatan yang akan dilakukan nantinya di sana. Hal baru pertama yang aku alami yaitu, biasanya siswa yang mengikuti LDK adalah siswa yang baru menginjakan kaki di kelas paling awal namun untuk kali ini dari siswa yang paling muda sampai yang paling tua wajib mengikuti kegiatan ini. Sudah pasti karena hal ini aku memiliki bayangan nantinya seluruh siswa lintas generasi ini akan saling membaur satu sama lain. Tidak sampai situ saja hal baru yang aku dapatkan diawal, masih ada yang lain lagi yaitu kami di sana bukan hanya sekedar melatih kepemimpinan tapi juga berkemah selama tiga hari. Jauh dari keramaian kota dan kecanggihan gadget. Dan sudah pasti bakal banyak kegiatan yang akan kami lakukan bersama - bersama di sana.

Digunakan untuk kebutuhan Tumbnail.Hahaha.

Arahan sebelum berangkat.



Setelah arahan pagi itu selesai, kami memulai perjalanan menggunakan truk tronton tentara. Oh ya, ini adalah pengalaman pertama bagiku menaiki truk ini. Didalamnya kami duduk berhadap - hadapan dan saling bercerita satu sama lain kadang sampai terlelap tidur karena angin sepoi - sepoi yang meniup - niup rambut. Hahaha. Perjalanan ini dimulai dari Bintaro sampai ke Bogor. Perjalanan yang ternyata singkat hanya memakan waktu tidak sampai tiga jam. Sesampainya disana, kami bergegas mencari kelompok tenda yang sebelumnya sudah dibagi dan langsung berganti seragam pramuka untuk segera memulai upacara pembukaan LDK. Upacara kali ini dilaksanakan menggunakan peraturan baris - berbaris yang "dimiliki" oleh pramuka. Unik dan baru pertama kali aku melihatnya. Jujur saja, aku tidak pernah sama sekali mengikuti kegiatan pramuka. Hymne pramuka, dasadarma, dan trisatya itu semua asing bagiku.

Upacara Pembukaan


Lanjut kegiatan selanjutnya, yaitu kegiatan kelompok. Kegiatan ini adalah kegiatan bermain permainan di luar ruangan. Permainannya banyak macamnya, seru dan sampai gregetan sendiri akhirnya. Di permainan ini juga banyak sekali mengajarkan arti penting dari kebersamaan dan kerja sama dalam menggapai suatu tujuan. Selain itu, bukan hanya permainan yang menyiratkan arti penting tapi juga hukumannya, satu berbuat salah atau melanggar aturan hukumannya harus ditanggung bersama - sama. Push up dan push up, itulah hukuman yang mewarnai LDK kemarin. Lelah tapi lagi - lagi memberikan pelajaran berharga untuk saling mengingatkan satu sama lain. Ngomong - ngomong kangen juga sih sama push upnya, gara - gara push up LDK kemarin jadi lebih iconic lagi. Hahaha. Kegiatan itu tak terasa kita lakukan dari hangatnya pagi sampai hari mulai terik dan permainan di jeda untuk istirahat, sholat, dan makan. 





Kegiatan dari siang sampai sore juga sama yaitu permainan kelompok lagi. Bedanya tadi di luar ruangan dan sekarang di dalam ruangan aula yang pemandangannya super bagus. Permainan kali ini tidak terlalu mengandalkan pergerakan tubuh yang berlebihan, cukup mengandalkan wawasan, strategi, dan juga ketangkasan. Selain permainan, setiap kelompok juga menampilkan jingle LDK dan gerakkannya yang sebelumnya sudah dipersiapkan matang - matang. Lagi - lagi moment ini seru, bisa bercanda tawa serasa melepas semua beban bersama. Setelah permainan, kegiatan terakhir di sore itu yaitu materi tentang berorganisasi dan dari materi ini aku banyak sekali mendapatkan pelajaran baru yang sangat berguna untuk ke depannya. Akhirnya kegiatan sore itu sudah selesai dan lanjut lagi malamnya.


Jingle LDK
Materi

Malampun tiba, semakin malam seharusnya semakin seru dan juga makin banyak kejutan yang akan datang. Kejutan pertama, kelompok yang awalnya sudah dibentuk untuk kegiatan bermain tadi dan juga untuk kegiatan selanjutnya diacak lagi. Kelompok sebelumnya yang sudah solid dan juga sudah menyiapkan yel - yel untuk di tampilkan jauh - jauh hari mau tidak mau harus berubah semuanya. Kecewa sih waktu itu, tapi positifnya kita semua bisa lebih membaur lagi antar lintas generasi. Yang sebelumnya cuek jadi asik, yang sebelumnya tak pernah ngobrol akhirnya ngobrol. Malam itu adalah malam yang dingin tapi hangat karena kebersamaan itu. Tak luput pula, malam hari itu setiap kelompok diberikan satu tantangan yaitu menjaga satu telur dan harus dibawa - bawa setiap menjalani kegiatan. Bukan hal yang berat namun penuh tanggung jawab. 

Kembali ke tenda, saat semua acara pada hari itu sudah selesai. Tidur di tenda, lagi - lagi pengalaman baru bagiku. Tanpa penerangan dan juga terasa panas. Pada akhirnya tenda yang menjadi "rumah" pada waktu itu dibuka semua fentilasinya. Udara dinginnya malam mulai masuk ke tenda, langit bewarna biru dihiasi beberapa kelap - kelip bintang menjadi pemandangan indah, dan juga laungan anjing yang mengisi dan menemani malam itu sampai aku terlelap tidur.

Tiba - tiba.. Terdengar suara sirene yang benar - benar keras yang pada waktu itu sangat menghancurkan heningnya malam. Sirine itu pertanda waktunya kumpul. Waktu itu aku melihat jam masih jam satu pagi. Benar - benar baru tidur dua jam dan harus segera kumpul. Tak perlu waktu lama untuk bersiap, ku bergegas mengambil senter dan jaket dan langsung berlari ke aula tempat kami dikumpulkan. Perasaan tak enak muncul, aula yang sebelumnya terang menjadi gelap gulita. Rumor atau katanya bilang bakal ada jurit malam. Dan benar saja, jurit malam beneran. Kami yang ada di aula dipisah - pisah menjadi beberapa kelompok yang berjumlah tiga orang. Kelompok yang mau jalan duluan harus membuat pantun secara dadakan bertema alam Indonesia. Susah waktu itu buat mikir, gimana juga mau mikir nyawa aja baru kekumpul setengah. Untungnya waktu itu kami berhasil membuat pantun dan akhirnya jalan di urutan kedua. Tidak pertama dan juga tidak terakhir, posisi yang amanlah waktu itu. Dan disinilah, keberanian di uji.

Awalnya kami semua diperintahkan untuk menutup mata dengan kacu dan juga senter yang kami bawa harus segera dikumpukan. Kami bertiga saling merangkul dan mengikuti tuntunan salah satu kakak OSIS. Dan sampailah kami pada suatu tempat dan hanya diberikan satu lilin sebagai penerangan. Jadi aku mau kamu coba bayangkan sekarang kamu sedang berdiri dengan satu lilin penerangan di tengah jalan setapak yang kanan dan kirinya rerumputan yang tingginya melebihi kamu dan suasananya sangat - sangat sunyi sampai - sampai hanya terdengar suara langkah kakimu saja. "Cari mati rasanya." itulah yang aku pikirkan waktu itu. Berjalan bertiga melewati "kerumunan" yang mungkin sedang melihat kami bertiga jalan untuk mencari clue - clue yang ada. 

Awal perjalanan aku merasa seperti tidak enak, serasa ada yang sedang mengikuti kami bertiga dari belakang. Kami semua yang ada disana menyadari dan saling mengingatkan untuk jangan sekalipun liat belakang. Benar - benar situasi yang mencekam. Dan tibalah kami di pos pertama, disana ada satu guru pembimbing dan juga satu kakak OSIS. Suasana ini kemudian semakin serius saat kami di hadapkan dua pilihan. "Pilih lewat kanan atau lewat kiri. Dua - duanya ada clue yang harus dicari. Kalau lewat kanan harus cari cluenya di lumpur dan kalau lewat kiri di sana ada  bunga sepatu dekat suatu gerbang yang namanya gerbang neraka dan kalian harus menghitung berapa jumlah bunga sepatunya dan ambil salah satu kertas di sana dan jangan dibuka karena itu clue yang kalian cari." ucap guru pembimbing. Ya jelas akhirnya kami pilih jalan kekiri karena susah juga kalau harus lumpur - lumpuran tengah malam sambil dibayang - bayangi sesuatu yang tak terlihat.

Akhirnya kami berjalan perlahan sambil saling merangkul. Kanan dan kiri masih sama keadaannya. Dalam hatipun tak berhenti untuk berdoa mengharapkan segalanya berjalan baik - baik saja tanpa adanya suatu gangguan. Tak lama, nampak suatu pohon setinggi dada yang berdiri sendiri dan juga di belakangnya ada suatu gerbang yang benar benar gelap dan mencekam. Disitu kami sadar itulah yang kami cari,  kami hitung dengan pasti berapa jumlah bunga sepatu yang ada. Jangan sampai salah, kalau salah hukumannya harus salah satu orang di kelompok itu harus kembali lagi dan menghitung ulang bunga sepatu itu seorang diri. Tak lupa pula kertas clue juga kami ambil. Dan setelah semua urusan disana selesai kami bergegas meninggalkan tempat itu dan segera kembali ke pos satu.

Di pos satu untungnya kami lanjut, jumlah bunga sepatu yang kami hitung sudah tepat. Sebelum kami lanjut kami diperintahkan untuk tetap berjalan lurus apapun yang terjadi. Intinya kami harus tetap lurus dan jangan pernah belok. Lalu perjalanan kami dilanjutkan, ke jalan yang sebelah kanan. Ya kanan, pada akhirnya ke kanan juga.  Di perjalanan ini, banyak sekali gangguannya. Mulai dari pohon yang tiba - tiba bergoyang, suara "ssttt" yang seperti memanggil kami untuk belok. Dan yang terakhir kami melihat wujud seperti orang bertutup kain putih. Kami ingat pesan guru pembimbing tadi untuk terus jalan dan jangan pernah belok. Dan "duar" si sosok putih itu berusaha mengagetkan kami bertiga. Sumpah ya, itu moment garing banget. Dan ternyata sosok putih itu adalah salah satu kakak OSIS. Ya sudahlah, yang awalnya takut jadi merasa biasa saja akhirnya. 

Akhir perjalanan tiba, kami tiba disalah satu pos. Pos itu ternyata adalah pos ketiga atau pos terakhir. Kaget bukan main, "Pos duanya dimana?" kami seketika saling bertanya kebingungan. Akhirnya, kami kesampingkan dulu rasa penasaran itu. Karena disana kami diberikan suatu campuran bumbu dari 6 hal yang harus kami tebak satu persatu. Saat dicoba pertama kali. Wah asin, manis, asem bertekstur rasanya. Kami hanya berhasil menebak tiga atau setengahnya dan untungnya di perbolehkan untuk lanjut dan mengakhiri kegiatan pagi - pagi buta itu.

Kami akhirnya menunggu di ruangan tempat kami bermain permainan kelompok tadi siang. Satu persatu kelompok yang sudah usai mulai datang memenuhi ruangan. Saling bertukar cerita juga pastinya. Kami yang waktu itu masih penasaran dengan pos dua akhirnya terjawab saat guru pembimbing di pos dua itu datang dan memberi tahu dimana posisinya. Masih ingat dengan suara "ssttt"? Ya itulah isyarat yang diberikan dari pos dua untuk segera kami hampiri. Sayang aja sih waktu itu kenapa terlalu cuek. Hahaha. Dan juga sampai sekarang masih penasaran apa isi dibalik gerbang neraka yang super mencekam itu dan juga clue apa yang harusnya kami dapatkan dari pos dua. Dan itulah kegiatan yang benar - benar mengakhiri hari pertama LDK kali ini.

Hari kedua, 17 Oktober 2019. Pagi yang baru dan juga semangat baru. Hari ini adalah hari sangat menyenangkan bagi kami. Karena kita semua akan hiking menuju air terjun di dekat dearah camping kami. Jadi pagi ini diawali dengan makan pop mie bersama untuk mengganjal perut sementara, lalu dilanjut dengan senam dan juga pemanasan kemudian bersiap - siap menuju air terjun Curug Nangka. Kami kesana berjalan kaki, dari yang medan awalnya jalan beraspal sampai mendaki tangga - tangga curam dan juga melewati sungai yang penuh dengan batu - batu yang licin. Tantangan yang berat juga terutama bagi si pembawa telur hahaha. Ngomong - ngomong tentang sungai, sungai disana airnya benar - benar jernih dan juga dingin tapi herannya tak ada satupun ikan yang terlihat paling hanya kecebong saja.


Senam dan Pemanasan
Curug Nangka



Perjalanan rasanya tak habis - habis, kaki dibuat berjalan saja sudah sakit rasanya. Dan juga selama perjalanan hampir berkali - kali terpeleset. Hahaha. Tapi semua itu akhirnya terbayarkan saat melihat indahnya air terjun Curug Nangka. Dan ya inilah pengalamanku pertama kali melihat secara langsung air terjun.  Teman - temanku banyak yang kesana, hitung - hitung sekalian mandi mungkin. Sedangkan aku hanya memilih untuk bermain di sungainya saja yang memiliki arus kecil dan hanya sekedar untuk mencari ikan yang tak pernahku temukan dan juga menjaili beberapa temanku yang sama - sama tidak mau mandi di air terjun. Niat awal yang tidak mau basah - basahan, akhirnya basah juga karena aku terlalu iseng menjaili temanku  dan aku sendiri malah yang tak melihat dan salah menginjak batu yang licin. Alhasil, basah setengah badan tanpa bawa baju ganti. Sedih rasanya hahaha.



Itu tuh air terjunnya, yang diatas.


Setelah puas akhirnya kami semua pulang menuju camp. Di perjalanan pulang ini adalah tugasku untuk membawa telur si anak kesayangan kelompok.  Di perjalanan, jalan betul -betul terjal dan curam, dan sudah tertebak aku akhirnya terpleset lagi untuk kedua kalinya. Celana yang basah tadi sudah mulai kering akhirnya basah lagi dan juga untungnya si telur aman - aman saja nasibnya.

Sesampainya di camp, aku langsung bergegas ingin mandi tapi aku diberitahu salah satu kakak OSIS "Jangan mandi dulu nanti bakal basah - basahan lagi". Ya sudah, akhirnya ngga jadi mandi sama sekali. Jadi dari sarapan pagi sampai akhirnya permainan kelompok dimulai lagi. Celana basah itu terus menemaniku sampai celana itu kering sendiri. Untungnya selainku juga masih banyak yang celananya bahkan sampai bajunya basah. Enak serasa punya temen yang sama. Singkat cerita permainan kelompok ini sudah hampir selesai dan sampailah aku di suatu permainan terakhir dimana semua kelompok jadi satu untuk melindungi api di lilin dari plastik - platik air yang berusaha mematikan api tersebut sampai ke garis finish yang digunakan untuk membakar tali sehingga bertujuan untuk membuka banner yang telah disiapkan oleh panitia. Gara - gara permainan ini, wah yang sebelumnya sudah kering jadi basah semua. Untung belum mandi. Hahaha.


Permainan hari kedua

Permainan akhirnya usai, kami semua dipersilahkan untuk mandi dan langsung berganti seragam pramuka. Kegiatan kali ini adalah kegiatan yang serius karena disini kami belajar baris - berbaris yang dasar, kode smapur, dan ikat - mengikat. Ikat - mengikat inilah yang menurutku paling seru. Kelompok kami kebagian tugas mengikat tongkat pramuka yang kemudian dijadikan tiang bendera yang utuh. Aku yang sebagai manusia yang awam dengan pramuka tentu ini adalah ilmu baru bagiku. Sorenya kami melanjutkan dengan permainan kelompok lagi. Permainan yang tak asing lagi bagiku yaitu lomba berjalan di dalam terpal yang akan terus berguling maju. Di permainan ini lumayanlah dapat juara dua hahaha. 


Pramuka




Juara dua!


Saat kami ingin melanjutkan permainan kedua. Tiba - tiba hujan turun dan membuat kami semua berkumpul di aula untuk melakukan kegiatan lain. Lalu kegiatan di aula adalah setiap kelompok diberikan tugas untuk menyiapkannya perform saat kegiatan nanti malam yaitu malam api unggun. Wah tentu saja kelompok kami waktu itu sangat bersemangat dan akhirnya menentukan untuk menampilkan drama singkat nanti malam. Waktu ini benar - benar waktu luang bagi kami. Selain dimanfaatkan buat latihan juga kami gunakan untuk bercerita dan tertawa bersama. Lagi - lagi selama LDK ini moment kekeluargaannya sangat terasa. 

Malam api unggun tiba, malam yang paling aku nanti. Kebetulan kelompok kami kebagian urutan pertama untuk perform. Perasaan grogi saat perform sudah pasti ada dan syukurlah semua berjalan lancar dan sesuai yang diharapkannya. Dan kalau sudah maju pasti muncul perasaan lega dan memiliki waktu untuk santai dan menikmati kelompok lain yang sedang perform. Keren - keren semua performnya, mantap!


Malam api unggun


Kembali lagi ke tenda. Ya sudah pasti, kalau ke tenda mau persiapan buat tidur. Tiba - tiba saat aku sedang di tenda masih nyemil - nyemil makanan sih salah satu kakak OSIS menghampiriku dan bilang "Kamu besok trisatya ya pas mau upacara penutupan, jangan lupa dihapalin karena ngga baca." Jadilah malam - malam terakhirku di sana untuk ngapalin Trisatya. Hahaha.

Hari ketiga atau hari terakhir, akhirnya kita sudah mau sampai diakhir dari cerita ini. Pagi itu tanggal 18 Oktober 2019 kami semua sudah berkumpul di dapur untuk satu persatu mengambil donat dan juga teh hangat untuk mengganjal perut sebelum upacara penutupan. Saat upacara penutupan dimulai, diri ini mulai grogi apalagi saat bagian tugas pembacaan trisatya itu dimulai. Grogi ini semakin menjadi - jadi sampai membuat semua hal yang dihapalkan lupa ditengah jalan, untung saja waktu itu ada seseorang yang membantuku untuk mengingat lagi, entah siapa orangnya. Tapi buat siapapun itu, aku sangat berterima kasih. Di upacara penutupan ini juga semua hasil pelanggaran, perbuatan baik, kelompok terbaik, dan peserta individu terbaik selama LDK dilaporkan oleh kepala sekolah. Pelanggaran yang disebutkan ternyata banyak, terutama untuk hari kedua. "Wah push up lagi nih." tapi untungnya pelanggaran itu tertutupi oleh teman - temanku yang sudah melakukan banyak perbuatan baik selama LDK. Thank you guys! Selain itu juga disebutkan kelompok terbaik dan peserta individu terbaik. Dan ngga nyangka juga, tiba - tiba namaku dipanggil saat pengumuman peserta individu terbaik.


Upacara penutupan




Setelah upacara penutupan kita semua berfoto bersama, dilanjut dengan sarapan bersama dan persiapan untuk pulang. Kami pulang masih menggunakan kendaraan yang sama yaitu truk tronton tentara. Bedanya kali ini lebih terbuka trontonnya. Gara - gara tronton yang terbuka ini, yang waktu itu berangkatnya angin sepoi - sepoi serasa meniup - niup rambut kalau kali ini angin serasa menampar - nampar wajah. Hahaha seru sekali waktu itu.




Singkat cerita akhirnya sampai juga di sekolah.  Yang aku kira LDK sudah selesai ternyata masih belum selesai. Sesampainya di sana karena ada salah satu dari kami yang melanggar peraturan, lagi - lagi push up. Sip, push up jadi iconic banget di LDK ini. Dan juga LDK kali ini banyak sekali mengajarkanku hal - hal baru. Kuat, kompak, dan juga berani itulah manfaat yang aku dapatkan selama LDK. Rasa kebersamaan dan kekeluargaan tak luput juga di dalamnya sekaligus menjadi peka dan peduli terhadap sekitar. Cerita - cerita barupun juga aku dapatkan yang saat ini sedang kamu baca. Jadi sekian blog kali ini, terima kasih semua yang sudah bertahan sampai sini menyimak ceritaku, kamu hebat. Hahahaha. Dan sampai jumpa lagi di blog selanjutnya! 

Jangan lupa check ini!





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Impian dan Rencana

Hey semuanya selamat pagi, siang, sore, ataupun malam tergantung kamu yang sedang baca blog ini. Jadi beberapa hari yang lalu suatu pertanyaan terlintas dan terbesit di pikiran ku, tentang tujuan dan masa depan dari blog ini. Mau di apa kan blog ini? Dari yang awalnya blog ini hanya dibuat untuk tugas sekolah, mulai sekarang aku tekatkan untuk membuat blog ini menjadi lebih hidup dengan menjadikan blog ini sebagai sarana untuk bercerita kepada kalian tentang sesuatu yang tak dapat aku ceritakan di dunia nyata, barangkali aku juga dapat bertukar cerita dan pikiran kepada kalian. Selain itu, blog ini ku lanjutkan untuk mengisi waktu luangku yang biasanya hanya di gunakan untuk hal - hal yang kurang faedah dan tidak produktif. Ya, aku harap impian ku dan rencana ku untuk blog ini akan terus berjalan sebagai mestinya. Berbicara tentang rencana dan juga impian. Pernahkah kamu gagal saat ingin menggapai impianmu? Jika pernah, kamu tidak sendiri. Aku pun pernah merasakan hal yang sama da

R.A Kartini

Hai selamat datang di blog ini, pada kesempatan kali ini aku akan mengangangkat topik pahlawan kemerdekaan Indonesia yaitu R.A Kartini. Disini aku akan menceritakan biografi singkat, perjuangan, serta fakta-fakta yang mungkin belum banyak orang-orang tahu. Raden Ajeng Kartini BIOGRAFI & PERJUANGAN R.A Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara. Beliau merupakan keturunan bangsawan karena lahir dari seorang Ibu bernama M.A. Ngasirah dan seorang Ayah yang berprofesi sebagai Bupati Jepara bernama Raden Mas Sosroningrat. R.A Kartini dikenal sebagai anak yang cerdas. M.A. Ngasirah (Ibu),  Raden Mas Sosroningrat (Ayah) Pada masa itu pendidikan adalah hal yang susah terutama bagi perempuan karena kabanyakan laki-laki dan orang-orang dari kalangan tertentu saja yang dapat bersekolah. Beliau termasuk orang yang sangat beruntung karena dapat menjajal pendidikan di Europes Lagere School atau ELS. Sekolah bergensi yang hanya dapat dienyam bagi anak-anak keturunan Eropa, timur asing, dan pr