Langsung ke konten utama

Kerajaan Banten - Kota Pelabuhan yang Makmur

Dahulu di Nusantara, ada sebuah kerjaan besar yang terbentang dari wilayah barat Jawa hingga wilayah Lampung. Kerajaan itu bernama Kerajaan Banten yang berdiri diatas sisa-sisa kerajaan hindu pada tahun 1526 dibawah kepemimpinan Maulana Hassanudin. Banten juga digambarkan sebagai kota pelabuhan yang ramai, terbuka, dan makmur. Hal itu tak lepas dari pengaruh Banten yang memang berada di lokasi yang strategis.

Kerajaan Banten


Sejak Banten menjadi kerajaan yang mandiri. Maulana Hassanudin selaku raja pertama mengambil peran yang amat penting. Ia melakukan peluasan wilayah hingga Lampung yang merupakan  daratan penghasil lada dan memonopolinya. Hal itu tentu saja mampu memberikan perekonomian yang baik dalam kerajaan. Selain itu ia juga berandil besar dalam meletakkan fondasi Islam di Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya bangunan masjid dan sarana-sarana pendidikan Islam seperti pesanten.

Peta Kerajaan Banten


Pada tahun 1570, setelah beliau mangkat dari tahtanya sebagai Sultan. Anaknya yang bernama Maulana Yusuf menaiki tahta dan memimpin kesultanan selama 10 tahun. Ia melanjutkan peluasan wilayah Banten hingga memasuki pedalaman sunda dan menaklukan Pakuan Pajajaran. 

Maulana Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Namun sayang, ia harus tewas karena gagal menjalankan misinya yaitu penyerangan Palembang. Maulana Yusuf lalu digantikan oleh Pangeran Ratu. Sultan ini terkenal karena menjalin hubungan kerjasama dengan Raja Inggris James I pada tahun 1605 dan tahun 1629 dengan Charles I.

Setelah Pangeran Ratu turun tahta, Banten kemudian dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa pemerintahannya, Banten berada pada puncak keemasan. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengembangkan perdagangan dengan menempatkan Banten sebagai salah satu pusat niaga penting serta memberlakukan sistem pajak untuk kapal-kapal asing. Ia juga dengan keras melepaskan pengaruh Belanda di  Banten dengan mengusir kapal-kapal Belanda meskipun gagal.

Pada tahun 1671, Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya Sultan Haji sebagai Raja. Karena ia masih muda, maka Sultan Ageng Tirtayasa berperan sebagai penasihat. Namun sayang, berbeda dengan ayahnya sikap Sultan Haji justru membangun hubungan baik dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa kecewa dengan sikap anaknya dan ia ingin mencabut kembali gelar sultan anaknya itu. 

Tentu saja seperti yang kita ketahui, Belanda atau VOC merupakan organisasi yang licik. Mereka memanfaatkan konflik antara anak dengan ayahnya untuk menguasai Banten. VOC membantu Sultan Haji untuk mempertahankan tahtanya.  Tentu ada harga mahal yang harus ditebus Sultan Haji dan akhirnya Sultan Haji berhasil mempertahankan wilayahnya. Sementara itu Sultan Ageng Tirtayasa terpaksa pergi dari kesultanan dan pergi ke daerah yang sekarang bernama Tirtayasa.

Setelah kejadian itu Belanda pastinya meminta imbalan kepada Sultan Haji. Imbalan yang diminta oleh Belanda tidaklah tanggung - tanggung. Wilayah penghasil Lada yaitu Lampung harus diserahkan kepada Belanda.

Mulai saat itu, Kerajaan Banten terus berada di dalam cengkraman kuat Belanda. Saat Sultan Haji lengser, Belanda semakin kuat dan masuk ke dalam sistem pemerintahan Banten. Perlahan-lahan wilayah Banten diserap dan mulai menjadi wilayah kekuasaan Belanda seutuhnya. Hingga tahun 1813, Raja terakhir Banten Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles. Peristiwa itu merupakan serangan terakhir Belanda dalam mengakhiri riwayat Kota Pelabuhan makmur itu.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Impian dan Rencana

Hey semuanya selamat pagi, siang, sore, ataupun malam tergantung kamu yang sedang baca blog ini. Jadi beberapa hari yang lalu suatu pertanyaan terlintas dan terbesit di pikiran ku, tentang tujuan dan masa depan dari blog ini. Mau di apa kan blog ini? Dari yang awalnya blog ini hanya dibuat untuk tugas sekolah, mulai sekarang aku tekatkan untuk membuat blog ini menjadi lebih hidup dengan menjadikan blog ini sebagai sarana untuk bercerita kepada kalian tentang sesuatu yang tak dapat aku ceritakan di dunia nyata, barangkali aku juga dapat bertukar cerita dan pikiran kepada kalian. Selain itu, blog ini ku lanjutkan untuk mengisi waktu luangku yang biasanya hanya di gunakan untuk hal - hal yang kurang faedah dan tidak produktif. Ya, aku harap impian ku dan rencana ku untuk blog ini akan terus berjalan sebagai mestinya. Berbicara tentang rencana dan juga impian. Pernahkah kamu gagal saat ingin menggapai impianmu? Jika pernah, kamu tidak sendiri. Aku pun pernah merasakan hal yang sama da

Kuat, Kompak, dan Berani

Hey semua selamat pagi, siang, sore, ataupun malam tergantung kamu yang sedang baca blog ini. Jadi beberapa hari yang lalu, banyak sekali kejadian atau pengalaman baru yang aku alami. Seperti biasa juga tugas dari blog ini adalah membagikan cerita - cerita baru dan unik itu ke kalian. Oleh karena itu, langsung saja kita mulai ceritanya. Pagi itu tanggal 16 Oktober 2019.  Suatu acara besar yang diadakan sekolah dimulai. Suatu acara ataupun kegiatan yang memiliki tujuan untuk melatih kepemimpinan seorang siswa. Tidak lain dan tidak bukan LDK namanya atau Latihan Dasar Kepemimpinan. Hal yang tidak asing dan baru lagi bagiku namun didalamnya banyak menyimpan hal - hal baru yang sebelumnya tak pernah aku dapatkan. Lanjut lagi keceritanya, pagi itu aku dan teman - teman dikumpulkan di lapangan sekolah untuk diberikan arahan apa saja peraturan dan apa saja kegiatan yang akan dilakukan nantinya di sana. Hal baru pertama yang aku alami yaitu, biasanya siswa yang mengikuti LDK adalah siswa

R.A Kartini

Hai selamat datang di blog ini, pada kesempatan kali ini aku akan mengangangkat topik pahlawan kemerdekaan Indonesia yaitu R.A Kartini. Disini aku akan menceritakan biografi singkat, perjuangan, serta fakta-fakta yang mungkin belum banyak orang-orang tahu. Raden Ajeng Kartini BIOGRAFI & PERJUANGAN R.A Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara. Beliau merupakan keturunan bangsawan karena lahir dari seorang Ibu bernama M.A. Ngasirah dan seorang Ayah yang berprofesi sebagai Bupati Jepara bernama Raden Mas Sosroningrat. R.A Kartini dikenal sebagai anak yang cerdas. M.A. Ngasirah (Ibu),  Raden Mas Sosroningrat (Ayah) Pada masa itu pendidikan adalah hal yang susah terutama bagi perempuan karena kabanyakan laki-laki dan orang-orang dari kalangan tertentu saja yang dapat bersekolah. Beliau termasuk orang yang sangat beruntung karena dapat menjajal pendidikan di Europes Lagere School atau ELS. Sekolah bergensi yang hanya dapat dienyam bagi anak-anak keturunan Eropa, timur asing, dan pr